Masih jadi bahan lelucon, saat debat ketiga tanggal 10 Februari 2017, ada banyak kisah menarik dan menggelikkan. Sesaat masing - masing pasangan calon (paslon) selesai memaparkan Visi dan Misi selama masa bakti di Provinsi DKI Jakarta Periode 2017-2022, dan dilanjutkan dengan proses tanya jawab dan saling menguji Visi-Misi hasil pemaparan para kandidat.
Pada debat kali ini merupakan debat final para paslon, sehingga suka tidak suka, mau tidak mau, ketiga paslon saling unjuk gigi, dengan mengkritik paslon lawan debat, baik dengan data yang terukur dan juga data yang validitasnya dipertanyakan. Paslon sudah tidak malu-malu, untuk saling menyerang agar mendapat simpati publik.
Wajar saja bila debat terakhir kali ini, mereka ingin menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Yang mana agar masyarakat segera melihat, menilai dan memilah mana paslon yang layak dijadikan nahkoda kapal DKI Jakarta 5 tahun kedepan. Jadi, tidak ada yang salah, asalkan masih dalam batas norma tertentu.
Yang membuat perut geli berawal paslon nomor urut 2 Basuki-Djarot, memberikan closing statement terkait kedua paslon lawannya yakni paslon nomor urut 1 AHY-Sylvi dan nomor urut 3 Anies-Sandi, Basuki yang sering disapa Ahok, menilai program kedua paslon lain, salah satunya program paslon Anies-Sandi teekait uang muka pembelian rumah murah tanpa uang muka selama 30 tahun bagi warga masyarakat yang kurang mampu.
Menurut Ahok program paslon Anies-Sandi tidak masuk akal, karena rata-rata masyarakat Jakarta di bawah Rp. 800.000/bulan. Ahok kurang yakin, dengan pendapat sebanyak itu warga sulit mencicil rumah murah, walaupun dengan tanpa DP.
Selain itu Ahok juga menilai program Rp. 1 milyar bagi pengurus RW yang dijanjikan
paslon AHY-Sylvi, kata Ahok program ini tidak jelas.
Nah, yang bikin perut geli ketika Ahok mengibaratkan pesaingnya adalah Om dan Tante (AHY-Sylvi dan Anies-Sandi) yang memberikan seluruh kemauan anak-anaknya (warga DKI Jakarta) hanya untuk mencari perhatian. Ahok mengingatkan agar pesaingnya tidak menghalalkan segala cara untuk memenangkan pertarungan, dengan merusak aturan yang telah dibuat oleh orangtua (Basuki-Djarot), agar warga DKI Jakarta yang sudah kami didik, jangan dirusak oleh Om dan Tante karena mau menang Pilkada.
Closing Statement Ahok ini mendapatkan teriakan riuh dari pendukungnya.
(admn01)
Comments
Post a Comment