Akhirnya Elektabilitas Basuki-Djarot Unggul 36,7 Persen


Pilkada DKI Jakarta memang merupakan barometer politik nasional, sehingga suhu politik yang ada di DKI Jakarta ikut berpengaruh terhadap bangsa saat ini. Baik dari saling sikut menyikut diantara para pendukung yang saling mengklaim paling layak memimpin Provinsi DKI Jakarta.

Seluruh lembaga survei politik juga tidak mau ketinggalan, untuk terlibat dalam melakukan jejak pendapat ke masyarakat  mengenai siapa yang paling layak memimpin DKI Jakarta 5 tahun kedepan diantara 3 calon kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur yang bertarung.

Dalam jangka waktu beberapa bulan terakhir, ada 2 kandidat yang saling kejar mengejar angka elektabilitas tertinggi, yakni antara kandidat no 1 pasangan AHY-Sylvi dan kandidat no 2 pasangan Basuki-Djarot, sedangkan pasangan no urut 3 Anies-Sandi selalu diposisi 3 tingkat elektabilitas nya.

Sebelum Aksi Bela Islam Jilid II 411 dan Aksi Bela Islam Jilid III 212, pasangan Basuki-Djarot masih unggul elektabilitas nya. Namun setelah aksi tersebut, pasangan AHY-Sylvi mengungguli pasangan Basuki-Djarot.

Seiring bergulir masa kampanye dan rilis hasil survey dari setiap lembaga survey dan setelah debat kandidat jilit 1 selesai pada 13 Januari 2017. Akhirnya, pada 22 Januari 2017, lembaga survey Populi Center merilis hasil survey yang dilakukan pada tanggal 14-19 Januari 2017 terhadap 600 responden yang tersebar di 6 wilayah Provinsi DKI Jakarta.

Dari hasil survey Populi Center menempatkan elektabilitas pasangan Basuki-Djarot 36,7 % mengungguli elektabilitas pasangan Anies-Sandy 28,5 % dan diikuti pasangan AHY-Sylvi 25%. Dan margin of eror %.

Dari hasil survey ini dianggap memiliki tingkat validitas yang terukur, banyak yang meyakini bahwa masyarakat sudah tidak lagi melihat latar belakang suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) dalam memilih kandidat yang dipilihnya.

(admn02)

Comments