Saya dari kemarin coba analisis terkait pertarungan dua kandidat di putaran kedua Pilkada DKI Jakarta, yang mempertemukan dua kandidat pasangan nomor urut 2 Basuki-Djarot dan pasangan nomor urut 3 Anies-Sandi, yang dilaksanakan tanggal 19 April 2017 nanti. Suasana pilkada DKI Jakarta putaran kedua bertambah panas, malahan urat saraf dibuat tegang terus menerus oleh tim sukses dua kandidat ini.
Hasil pantauan saya, berdasarkan hitungan cepat, di situs website KPUD DKI Jakarta telah menempatkan (https://pilkada2017.kpu.go.id/hasil/t1/dki_jakarta) pasangan Basuki-Djarot unggul di putaran pertama dengan perolehan suara 42,91 persen suara atau dipilih 2.357.587, tetapi, yang tidak disangka-sangka adalah pasangan Anies-Sandi yang awalnya berdasarkan hasil survei, selalu menempatkan pasangan ini di urutan nomor 3 perolehan suara, namun mendekati pemilihan pada putaran pertama tanggal 15 Februari 2017, pasangan ini naik ke posisi 2 perolehan suara terbanyak.
Dan terbukti, pada pemilihan putaran pertama yang digelar pada 15 Februari 2017, KPUD DKI Jakarta, tetap menempatkan pasangan Anies-Sandi sebagai perolehan suara terbanyak kedua, dengan jumlah suara meraih 40,05 persen atau 2.200.636 suara.
Bukan tidak mungkin, saat ini terbuka peluang besar bagi kedua paslon memenangi pertarungan putran kedua di DKI Jakarta. Strategi yang sudah diterapkan oleh tim sukses pasangan nomor urut 3 terbukti mujarab, selama kampanye putaran pertama, pasangan nomor urut 3 menggunakan strategi grilya di setiap pusat-pusat akar rumput. Mereka tidak fokus pada perdebatan di sosial media, apalagi anda juga paham, bahwa Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memiliki keahlian merangkul kekuatan akar rumput secara emosional, sesuai garis Partai yang berhaluan Islam.
Mereka cukup tangguh merebut perhatian masyarakat akar rumput, dan peluang itu telah dimanfaatkan secara efektif, selama pasangan nomor urut 1 AHY-Sylvi dan pasangan nomor urut 2 Basuki-Djarot sibuk klarifikasi dan urus permintaan maaf, mereka sangat leluasa memainkan peran memenangkan pasangan Anies-Sandi yang minim gesekan politiknya.
Dan terbukti, pada pemilihan putaran pertama yang digelar pada 15 Februari 2017, KPUD DKI Jakarta, tetap menempatkan pasangan Anies-Sandi sebagai perolehan suara terbanyak kedua, dengan jumlah suara meraih 40,05 persen atau 2.200.636 suara.
Bukan tidak mungkin, saat ini terbuka peluang besar bagi kedua paslon memenangi pertarungan putran kedua di DKI Jakarta. Strategi yang sudah diterapkan oleh tim sukses pasangan nomor urut 3 terbukti mujarab, selama kampanye putaran pertama, pasangan nomor urut 3 menggunakan strategi grilya di setiap pusat-pusat akar rumput. Mereka tidak fokus pada perdebatan di sosial media, apalagi anda juga paham, bahwa Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memiliki keahlian merangkul kekuatan akar rumput secara emosional, sesuai garis Partai yang berhaluan Islam.
Mereka cukup tangguh merebut perhatian masyarakat akar rumput, dan peluang itu telah dimanfaatkan secara efektif, selama pasangan nomor urut 1 AHY-Sylvi dan pasangan nomor urut 2 Basuki-Djarot sibuk klarifikasi dan urus permintaan maaf, mereka sangat leluasa memainkan peran memenangkan pasangan Anies-Sandi yang minim gesekan politiknya.
Saya tidak mau asal analisis, meskipun saya bukan seorang pengamat yang
kompoten, namun celoteh saya kali ini penting sebagai catatan pasangan
nomor urut 2, apabila ingin mengambil hati warga Jakarta, harus segera
meminimalisir perang urat saraf melalui media sosial, karena akar rumput
saat ini membutuhkan keyakinan yang lebih, apalagi banjir yang terjadi
beberapa hari ini, bisa menjadi salah satu senjata paslon nomor urut 3
mengambil hati warga Jakarta.
Tim sukses pasangan nomor urut 2 harus kerja ekstra keras, tidak bisa anggap enteng strategi pasangan nomor urut 3 saat ini, mereka sudah hamir menguasai seluruh tokoh masyarakat dan tokoh agama, itu modal mereka sekaligus pintu masuk meyakinkan akar rumput yang senafas dengan mereka, untuk memenangkan pasangan nomor urut 3.
Turunlah, sentuhlah setiap akar rumput, itulah jalan satu-satunya dalam melawan stigma anti Ahok selama ini. Silakan anda resapi, jika celoteh saya dianggap masukan, silakan digunakan, dengan tangan terbuka semoga celoteh saya bermanfaat tidak saja buat pasangan nomor urut 2, tetapi juga pasangan nomor urut 3, namanya juga demokrasi, nanti saya dibilang anti demokrasi lagi.
(admn02)
Comments
Post a Comment