Saya kembali diusik oleh kata-kata kasar yang muncul belakangan ini selama putaran kedua Pilkada DKI Jakarta. Masing-masing tim sukses menjalankan konsep kampanye yang sistematis dan masive, agar memperoleh kemenangan di putaran kedua. Segala cara dilakukan, karena di putaran kedua kali ini, setiap kandidat memiliki peluang atau potensi besar memenangi percaturan politik di Ibu kota DKI Jakarta.
Dua kandidat gubernur yakni Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) dan Anies Baswedan merupakan kandidat yang bertarung merebutkan trah kepemimpinan ibu kota.
Basuki sendiri merupakan Petahana yang diancungi jempol oleh banyak orang, karena dianggap terbukti membangun DKI Jakarta selama beliau menjabat di DKI Jakarta, namun ada juga yang menyayangkan tata bahasa (komunikasi) Basuki yang diklaim tidak santun dan etis.
Anies Baswedan dianggap memiliki kualitas yang mampuni, santun dan berwibawa, dianggap menjadi modal dalam membangun Jakarta, namun ada juga yang meragukan kepemimpinan beliau, karena beliau menjabat sebagai Menteri Pendidikan hanya 2 tahun, lalu dipecat karena berbagai alasan bahwa beliau tidak bekerja secara baik, artinya kurang cakap dalam memimpin Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Lantas kalau kedua-duanya memiliki kekurangan, siapa yang harus warga DKI Jakarta pilih?
Nah jawaban dari pertanyaan ini, hanya warga Jakarta yang tahu, dan menjawab disaat pencoblosan tanggal 19 April 2017. Karena, setiap orang memiliki kekurangan, tidak ada manusia yang sempurna. Namun, warga Jakarta sangat mudah menilai dengan nurani nya, jika lihat dari track record kedua kandidat ini.
(admn02)
Comments
Post a Comment