"Adalah amarahmu yang besar, tidak perlu diberitahu, simpanlah bila itu mendatangkan kebaikan bagi orang lain"
Saat anda membenci seseorang dan dengan alasan yang tidak bisa diterima oleh akal sehat, maka sangat tidak pantas anda menunjukkan amarah anda guna memuaskan hasrat kebencian anda. Sekarang terbukti, kalau anda tidak suka sama seseorang, bila pendapat anda berbeda dengan orang tersebut, dengan mudah anda meluapkan amarah anda.
Seperti yang terjadi, pada acara Peringatan 51 Tahun Supersemar dan Haul Bpk Soeharto di Masjid At-Tin Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Sabtu, 11 Maret 2017, saat kedatangan pak Djarot Saiful Hidayat, selaku tamu yang diundang. Banyak dari mereka menolak dengan cara menghadang dan menghalang-halangi pak Djarot saat memasuki tempat acara.
Yang membuat saya heran, yang mengundang pak Djarot biasa-biasa saja, kenapa anda yang ribet ya?
Djarot pun tidak sebodoh yang anda pikirkan, asal mahu datang tanpa diundang, kalau memang tidak ada undangan mana mungkin beliau mahu hadir, lalu, kok dipermasalahkan, salahnya dimana? anda juga undangan, bukan yang punya hajatan, kenapa anda yang menolak? Jadi, tolonglah budaya ketimuran itu lebih dikedepankan, biar tetap menjaga harmonisasi dalam berbangsa dan bernegara.
Dari peristiwa ini, saya mahu bilang, budaya ketimuran kita semakin terkikis, karena dalam budaya kita "tamu adalah Raja", namun penolakan terhadap Djarot menggambarkan sifat sosial kita sudah menyatu dengan kebencian yang akut, dan sangat berlebihan.
Saya mengapresiasi sikap pak Djarot, yang tidak menanggapinya dengan amarah, apalagi yang menolak kedatangan beliau adalah tamu undangan juga sama seperti beliau.
Makanya, anda jangan terlalu serius, buat lah suasana politik yang adem dan gembira. Biar hati anda ceria, saran saya baca celoteh saya, karena saya itu takut dari semalam, kalau sampai kebencian anda berubah jadi rindu, rindu dipimpim kembali oleh Pak Djarot sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta Periode 2017-2022.
(admn02)
Comments
Post a Comment