Sejak lama, kami hidup dalam bayang-bayang, entah bayang-bayang apa itu. Kami harus menyadari bahwa kehidupan nyata yang sedang kami jalani, penuh liku, banyak amarah yang kami temui, keraguan dan pesimistis, menari-nari di alam pikir kami. Kami mencoba bersandar pada pemilik kehidupan, berharap diberi jawaban, namun kami selalu percaya ada terang yang menanti, tetapi, waktunya belum datang.
Kami, diperintah oleh waktu untuk sabar. Sabar pada kehendak dunia, yang selalu berpura-pura menyayangi, namun selalu berdusta dengan rasa benci yang menindas kebebasan kami. Jiwa kami mengalami penyiksaan lebih sadis dari raga kami. Kami bukan takut pada kelancangan dunia, tapi kami takut pada serakah dunia, yang membunuh kebebasan kami.
Kami mungkin hanya debu menurut mereka yang diberi kuasa pada dunia, tetapi mereka tidak lebih dari sisi hidup yang buruk pada dunia. Mereka tidak pernah merasakan dunia yang mengembirakan, dunia yang memberi ketenangan, dunia yang memberi mereka tawa, karena mereka hanya diliputi oleh ketakutan hilang kuasa untuk menginjak-injak martabat kami.
Hidup mereka akan terus dihantui ketakutan. Ketakutan yang menggorogoti pikiran mereka, tanpa sadar mereka tidak bisa sejenak melihat dunia yang penuh warna. Kami memang terpenjara, tetapi kami masih bisa menikmati tawa meski hak perut kami terus diisap oleh mereka. Karena, kami tahu kebahagian itu sederhana, meskipun kadang menyakitkan.
Ingat, kami tetap berdiri. Hari-hari kami akan terus kami warnai, walaupun mereka terus merengutnya, karena kekuatan cinta tidak pernah kalah oleh kekuatan jahat, kekuatan cinta tidak pernah kalah oleh nafsu kekuasaan, kekuatan cinta tidak pernah kalah, meskipun iya dipenjara.
(admn03)
Comments
Post a Comment