Tuanku, sudah lama kami mendengar, tuanku bermain mata dengan kaki tangan perusak bangsa, tuan memberi mereka ruang gerak, memberi mereka makan, minum, sabun, sampo, odol gigi, celana dalam, agar mereka tidak risau menjalankan niat bulus tuanku mengambil kekuasaan itu.
Tuanku... kekuasaan itu milik Tuhan, tuan tidak bisa seenak hati merampasnya. Tuanku harus menerima keputusan partai pendukung tuan, sebab tuan hanyalah pendamping sang penerima mandat penguasa. Jangan main belakang apalagi main brutal seperti preman. Preman saja tidak seegois itu.
Kalau tuanku menahan diri, silakanlah tuan ikut meramaikan pemilu berikutnya, biar sesuai proses demokrasi. Tuanku jangan bikin rusak susu dengan nila. Sama saja tuanku sedang menggali lubang jebakan. Tuanku hentikanlah niat bulus yang busuk itu. Jangan aneh-aneh, apalagi diusia senja, tuanku perlu istirahat, jangan memaksa diri memimpin negeri yang besar ini.
Tuanku, pergilah ke kamar, lihat suasana kamar, betapa menyenangkan mengurus kamar, daripa menyusahkan diri mengusahakan niat yang memecah bela bangsa. Sedih dengar nya, bila tuanku menjadi kejam, ketika kekuasaan lebih utama, daripa keutuhan bangsa.
Lihatlah negeri permai, tataplah wajah-wajah generasi muda, yang sedang menata diri, membangun bangsa. Berilah mereka motivasi, ajarkan mereka bagaimana menjadi pemimpin berakal budi, bukan pemimpin serakah dan bernafsu akan duniawi.
Oh negeriku tunjukkanlah jalan yang benar, agar kapal ku tak karang oleh nafsu angkara murka para politisi busuk, yang rakus dan kejam pada negeri nya sendiri.
(admn02)
Comments
Post a Comment