Tanggal 1 Mei atau may day hari yang selalu dirayakan oleh para buruh sedunia, sebagai hari perjuangan dan perlawanan terhadap para korporasi (perusahaan) yang melanggar hak-hak buruh. Perayaan may day juga dirayakan oleh buruh di Indonesia. Yang setiap tahun ribuan buruh dan mahasiswa menghiasi jalanan dengan berbagai tuntutan terkait upah buruh dan jaminan hidup buruh.
Kemarin Senin 01 Mei 2017, seperti biasa ribuan buruh kembali beraksi turun ke jalan, dengan sasaran Balai Kota Provinsi DKI Jakarta menuntut kenaikan upah yang layak. Ada yang menarik dari aksi mereka kemarin, karena, selain menuntut hak mereka, mereka juga memanfaatkan situasi dengan aksi bakar-bakar ribuan karangan bunga, yang memadati balai kota Gubernur DKI Jakarta.
Karangan bunga yang berada di Balai kota, merupakan ucapan terimakasih dan apresiasi dari warga Jakarta terhadap kinerja Gubernur dan wakil Gubernur Basuki-Djarot selama memimpin DKI Jakarta. Pasangan petahana ini memang telah kalah dalam proses Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta periode 2017-2022, namun warga Jakarta merasa telah berhutang budi terhadap petahana, yang mana telah memberikan perubahan nyata di Jakarta.
Buruh yang melihat karangan bungah sebagai sampai yang mesti dibersikan, menurut mereka ini sebagai kerja sosial dalam rangka turut meringankan kerja petugas kebersihan. Namun, alasan ini tidak mendapat respon dari warga. Banyak warga yang merasa pembakaran terhadap karangan bunga tindakan yang tidak etis, dan menurunkan esensi perjuangan kaum buruh. Karena warga beranggapan bahwa karangan bunga tidak berdosa, benarkah?
Melihat perilaku buruh tersebut, banyak warga yang menyalakan lilin, sebagai bentuk keperihatinan atas tindakan para buruh, karena telah membakar karangan bunga for Ahok, sang Gubernur petahana yang selalu dianggap sebagai ancaman bagi kaum radikalis.
Sejenak saya meneguk kopi pahit tanpa gula, mencoba mereka-reka esensi dari perjuangan buruh dan karangan bunga for Ahok. Saya belum berani menyimpulkan dua tindakan ini, namun satu hal yang ingin saya sampaikan kepada rakyat Jakarta khususnya dan rakyat Indonesia pada umumnya, "jangan mau membuang energi pada hal yang tidak penting, berikan energi positif anda pada bangsa yang kapalnya sedang oleng, oleh karena kepentingan individual oknum-oknum politisi akan kekuasaan".
(Admn02)
Kemarin Senin 01 Mei 2017, seperti biasa ribuan buruh kembali beraksi turun ke jalan, dengan sasaran Balai Kota Provinsi DKI Jakarta menuntut kenaikan upah yang layak. Ada yang menarik dari aksi mereka kemarin, karena, selain menuntut hak mereka, mereka juga memanfaatkan situasi dengan aksi bakar-bakar ribuan karangan bunga, yang memadati balai kota Gubernur DKI Jakarta.
Karangan bunga yang berada di Balai kota, merupakan ucapan terimakasih dan apresiasi dari warga Jakarta terhadap kinerja Gubernur dan wakil Gubernur Basuki-Djarot selama memimpin DKI Jakarta. Pasangan petahana ini memang telah kalah dalam proses Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta periode 2017-2022, namun warga Jakarta merasa telah berhutang budi terhadap petahana, yang mana telah memberikan perubahan nyata di Jakarta.
Buruh yang melihat karangan bungah sebagai sampai yang mesti dibersikan, menurut mereka ini sebagai kerja sosial dalam rangka turut meringankan kerja petugas kebersihan. Namun, alasan ini tidak mendapat respon dari warga. Banyak warga yang merasa pembakaran terhadap karangan bunga tindakan yang tidak etis, dan menurunkan esensi perjuangan kaum buruh. Karena warga beranggapan bahwa karangan bunga tidak berdosa, benarkah?
Melihat perilaku buruh tersebut, banyak warga yang menyalakan lilin, sebagai bentuk keperihatinan atas tindakan para buruh, karena telah membakar karangan bunga for Ahok, sang Gubernur petahana yang selalu dianggap sebagai ancaman bagi kaum radikalis.
Sejenak saya meneguk kopi pahit tanpa gula, mencoba mereka-reka esensi dari perjuangan buruh dan karangan bunga for Ahok. Saya belum berani menyimpulkan dua tindakan ini, namun satu hal yang ingin saya sampaikan kepada rakyat Jakarta khususnya dan rakyat Indonesia pada umumnya, "jangan mau membuang energi pada hal yang tidak penting, berikan energi positif anda pada bangsa yang kapalnya sedang oleng, oleh karena kepentingan individual oknum-oknum politisi akan kekuasaan".
(Admn02)
Tuntut sesuai tuntuntan, ngapain karangan bunga menjadi sasaran marah kalian. bingung ah.
ReplyDeletenamanya jg politik, semuanya di manfaatkan, biar heboh heeee
ReplyDeletenamanya jg politik, semuanya di manfaatkan, biar heboh heeee
ReplyDelete