Derita Rohingya dipusaran Politik dan Ekonomi, Bukan Agama


Saya sejak kemarin cukup miris, melihat berbagai kecaman dari masyarakat Indonesia terkait penganiyaan yang dilakukan oleh militer Myanmar terhadap etnis Rohingya. Saya sepakat bila kecaman ini murni mengenai kemanusiaan, bukan masalah agama dan latar belakang apapun. Karena, kita tidak mengatahui secara detil latar belakang terjadinya penganiayaan terhadap etnis Rohingya.

Dari tabulasi data yang saya peroleh, penganiyaan terhadap etnis Rohingya bukanlah persoalan agama, namun lebih kepada persoalan adanya usaha perlawanan dari beberapa kelompok sparatis atau garis keras yang menuntut status kewarganegaraannya. Sebagaimana diketahui bersama etnis Rohingya adalah etnis pendatang dari Banglades yang mengungsi di Myanmar.

Karena jumlahnya yang begitu banyak, mendorong beberapa kelompok yang berkeinginan turut ambil bagian dalam proses demokrasi yang ada di Myanmar.

Namun terlepas dari berbagai alasan itu, ada satu hal yang penting dan patut  diketahui oleh kita bahwa di wilayah pemukiman etnis Rohingya terdapat Sumber Daya Alam (SDA) yang begitu berlimpah.

Banyak negara di dunia yang juga dihancurkan secara perlahan-lahan oleh para kapitalis demi menguasai SDA di negara tersebut. Menurut saya Myanmar adalah salah satunya. Tetapi yang sangat saya tidak terima adalah tindakan pembataian secara masal dan membabi buta tanpa belas kasih terhadap etnis Rohingya.

Tetap tindakan yang dilakukan pemerintah Myanmar secara brutal dan kasar adalah cara tidak sehat. Mengapa tidak mengedepankan dialog. Karena bagaimanapun tindakan pembataian adalah tindakan yang tidak berprikemanusiaan.

Saya terus bertanya-tanya dalam hati, mencari refrensi yang sekiranya memaksa saya untuk menerima cara tidak manusiawi militer Myanmar, akan tetapi hati saya menolak untuk menerima cara keji dan najis ini.

Saya hanya berdoa bahwa bangsa Indonesia harus menjadikan ini sebagai pelajaran berharga, bahwa setiap manusia adalah ciptaan Tuhan, jangan menolak keberadaan nya di lingkungan kita dengan alasan apapun.


(Adam Nusantara)

Comments